KOMUNIKASI
YANG EFEKTIF
DALAM
PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PESERTA DIDIK
Maulidatul Khoriyah
Abstrak. Komunikasi merupakan kegiatan yang
melekat pada diri manusia sebagai makhluk sosial yang berinteraksi dimanapun
manusia itu berada dan kapanpun. Dalam pendidikan karakter komunikasi menjadi
suatu proses yang penting. Artinya pendidikan karakter dipengaruhi oleh kualitas
komunikasi yang terjalin. Terjadinya komunikasi yang baik tentunya tidak lepas
dari bahasa yang efektif. Bahasa dan komunikasi mempunyai hubungan yang erat,
dapat dilihat dari definisi Bahasa menurut rumusan linguistik dan tinjauan
komunikasi, yaitu bahasa digunakan manusia sebagai alat atau media komunikasi
untuk berinteraksi dengan sesamanya. Sebaliknya, komunikasi membutuhkan media
yang disebut bahasa. Komunikasi yang
efektif mempunyai ketentuan, syarat, prinsip dan strategi yang umum sehingga
keberadaanya diera milenial ini cukup signifikan untuk diaplikasikan dalam
pendidikan karakter. pesan akan sampai pada tujuan jika terjadi komunikasi yang
efektif dalam penyampaiannya. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui model dan
bentuk komunikasi modern serta pengaruh komunikasi yang efektif dalam
menguatkan pendidikan karakter. Komunikasi yang efektif antara pendidik dengan
peserta didik akan mempengaruhi kelancaran dan hasil kegiatan belajar mengajar
serta penguatan pendidikan karakter diera milenial.
Kata Kunci: Komunikasi, Efektif,
Karakter
Abstract.
Communication is an activity inherent in humans as social beings who interact
wherever humans are and whenever. In character education, communication becomes
an important process. This means that character education is influenced by the
quality of communication that exists. The occurrence of good communication
certainly cannot be separated from effective language. Language and
communication have a close relationship, it can be seen from the definition of
language according to linguistic formulations and communication reviews, namely
language is used by humans as a communication tool or medium to interact with
each other. On the other hand, communication requires a medium called language.
Effective communication has general terms, conditions, principles and strategies
so that its existence in this millennial era is significant enough to be
applied in character education. The message will reach the destination if there
is effective communication in its delivery. This article aims to determine the
models and forms of modern communication and the effect of effective
communication in improving character education. Effective communication between
educators and students will affect the smoothness and results of teaching and
learning activities as well as strengthening character education in the
millennial era.
Keywords:
Communication, Effective, Character
PENDAHULUAN
Pendidikan
di Indonesia dapat berjalan dengan lancar dan baik, merupakan suatu hal yang
sangat diharapkan oleh pemerintah dan masyarakat. Untuk menunjang itu semua,
maka diperlukan alat pengikat yang jelas yang saling berhubungan dalam satuan
pendidikan yaitu informasi dan komunikasi dengan menggunakan bahasa yang
efektif sehingga dapat menguatkan karakter pada peserta didik. Pendidikan dalam
proses perkembangan manusia memiliki implikasi pada penguatan karakter yang
megarah pada tingkah laku manusia, mulai dari masa kandungan, anak-anak, remaja
sampai dewasa. Karakter manusia tampak pada perilaku ekuivalen dengan
pendidikan yang diterimanya. Oleh karena itu, pendidikan harus dibungkus
sedemikian rupa, baik bahan maupun pengolahanya agar menguatkan karakter yang
baik dan seseorang dapat terbiasa berperilaku baik. Agar pendidikan dapat
diterima dengan baik, maka harus ada media yang tepat untuk menyampiakan semua
pesan yang memuat nilai pendidikan karakter. Media yang tepat adalah
komunikasi.
Komunikasi
merupakan bagian rutinitas manusia setiap hari. Dari beberapa hasil penelitian
yang tersedia, kurang lebih 95% dalam 24 jam aktivitas manusia adalah komunikasi.
Jika, komunikasi tersebut sudah melekat dalam rutinitas seseorang maka otomatis
akan berpengaruh secara langsung terhadap karakter diri sendiri melalui
kebiasaan sehingga menjadi terbiasa dan berdampak secara tidak langsung dalam
interaksi dengan orang lain.
Menurut
Anderson (1959) komunikasi adalah suatu proses dimana kita dapat memahami dan
dipahami oleh orang lain. Komunikasi ialah proses yang dinamis dan secara
konstan berubah sesuai dengan yang belaku (Syaiful Rohim, 2009). Menurut Moor,
komunikasi merupakan penyampaian definisi antar individu. Dia mengatakan semua
manusia dilandasi kapasitas untuk menyampaikan maksud, hasrat, perasaan,
pengetahuan serta pengalaman dari seseorang kepada orang lain.
Tercapainya
proses penyampaian informasi itu akanberhasil apabila ditunjang dengan alat
atau media sebagai sarana menyalurkan informasi atau berita. Dalam kenyataannya
proses komunikasi yang kurang lancar terjadi karena kurangnya memperhatikan
unsur-unsur yang mestinya ada dalam proses komunikasi. Jadi, dari uraian
tersebut, bahwa dalam komunikasi itu perlu diperhatikan mengenai unsur-unsur
yang berkaitan dengan proses komunikasi, baik oleh komunikator maupun
komunikan, dan juga komunikator harus memahami dari tujuan komunikasi tersebut.
Upaya
dalam menguatkan pendidikan karakter pada peserta didik tidak terlepas dari
berbagai faktor yang mempengaruhinya, salah satunya melalui komunikasi dengan
bahasa yang efektif. Bahasa sebagai alat komunikasi antara seseorang dengan
orang lain berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa
merupakan sistem komunikasi yang menggunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran)
yang bersifat manasuka (arbiter). Berdasarkan dua pengertian tersebut jika,
dikaitkan dengan pengertian komunikasi, maka terdapat hubungan yang erat antara
keduanya. Bahasa merupakan alat untuk terciptanya sebuah komunikasi yang baik.
Dalam komunikasi bahasa merupakan satu hal yang pokok untuk mencapai komunikasi
yang baik dan lancar.
Dari
uraian di atas dilihat dari signifikansinya, maka komunikasi dengan bahasa yang
efektif dalam pendidikan harus memiliki muatan nilai, mutu, terarah, tepat dan
sebagainya. Komunikasi dalam pendidikan karakter harus efektif sehingga
terbentuk pribadi yang sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Sebagaimaa
yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional
pasal 3, yang berisi bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan,
menguatkan, dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
KONSEP KOMUNIKASI EFEKTIF
A.
Komunikasi
Efketif
1. Definisi Komunikasi
Efektif Secara etimologi, komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu
communicatio artinya pemberitahuan, memberi bahagian, pertukaran di mana si
pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya. Kata
kerjanya adalah communicara yang berarti bermusyawarah, berunding dan
berdialog. Jadi komunikasi berlangsung apabila orang-orang yang terlibat
terdapat kesamaan makna communis in
meaning, mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.
2. Sedangkan
pengertian komunikasi menurut istilah, beberapa ahli memberikan batasan-batasan
sebagai berikut:
1) Oncong menjelaskan
bahwa komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku,
baik langsung secara lisan, ataupun tidak langsung, secara media. Dari
pengertian tersebut jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana
seseorang menyatakan
sesuatu kepada orang lain.
2) James A.F.
Stones menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses di mana seseorang berusaha
memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.
3) John R.
Schemerhorn Cs dalam bukunya berjudul Managing Organization Behavior,
mengatakan bahwa komunikasi dapat diartikan sebagai proses antar pribadi dalam
mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.
3. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi efektif, secara garis
besar berarti menyampaikan sesuatu dengan cara yang tepat dan jelas sehingga
informasi yang kita sampaikan dapat dengan mudah dimengerti oleh orang lain.
Komunikasi efektif menjadi salah satu hal penting di mana komunikator dapat menyampaikan
pesannya secara baik dengan menggunakan media yang tepat dan dapat diterima
oleh sasaran yang tepat. Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran
informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut
sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut.
Terdapat
lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu;
a. Kejelasan,
bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara
jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
b. Ketepatan,
ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan
kebenaran informasi yang disampaikan.
c. Konteks,
maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai
dengan keadaan dan lingkungan di mana komunikasi itu terjadi.
d. Alur, bahasa
dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika
yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.
e. Budaya,
dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak
berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak
menimbulkan kesalahan persepsi.
4. Indikator
Komunikasi Efekti berikut ini akan diuraikan beberapa indikator komunikasi
efektif sebagai berikut:
a. Komunikator
yang efektif Seseorang yang piawai dalam melakukan komunikasi lazim disebut
dengan komunikator efektif. Berdasarkan teori yang ada, seorang komunikator
baru disebut efektif jika memiliki indikator; credibility, capability, clarity, symphaty dan enthusiasity.
Credibility, maksudnya citra diri. Hal ini berkaitan dengan prestasi,
spesifikasi keilmuan, kompetensi, pengalaman dalam bidang yang ditekuni, nama
baik, jasa-jasa dalam bidang tertentu, temuan, popularitas, serta dedikasinya
terhadap profesi yang ditekuni. Bagi pembicara yang belum banyak dikenal
audience, atau karena jam terbang masih terbatas, MC atau moderator perlu
memperkenalkan/membacakan curriculum vitae-nya. Pengenalan ini perlu, karena
pendengar akan lebih mengenal pembicara sehingga lebih menghargai dan tergerak
untuk mendengarkan apa yang disampaikan Pada saat inilah, pendengar diam-diam
mempertimbangkan, akan mendengarkan dengan sungguh-sungguh, ala kadarnya, atau
tidak usah sama sekali. Membangun kredibilitas atau citra diri berarti
membangun kesuksesan penampilan. Tingkat kesuksesan pembicara sangat relatif,
tetapi setidak-tidaknya ada tiga kawasan, yang dapat dijadikan tolok ukur:
yakni kawasan teknologi, kawasan akademik dan kawasan humanistik. Seorang
pembicara efektif dituntut memiliki kecakapan atau kemampuan yang memadai. Tidak harus pintar
sekali, tetapi memadai cukup dalam beberapa hal diantaranya;
1. Kecakapan
mengemukakan pikiran secara singkat, jelas, tetapi padat sehingga dapat
meyakinkan audience dengan mudah. Untuk membina kecakapan ini, perlu melakukan
beberapa upaya antara lain; membuat persiapan yang matang dan mengemas materi
pembicaraan secara sistematis, runtut dan logis.
2. Kecakapan
mempertahankan pikiran atau pendapat, dalam forum pertemuan yang bersifat
dialogis atau komunikasi dua arah seperti dalam diskusi atau seminar.
3. Kemampuan
mengkoordinasikan dan mengkombinasikan secara tepat komuniksi verbal dan non
verbal. Clarity, dapat dideskripsikan sebagai kejelasan dan ketepatan ucapan.
Penerapan komunikasi verbal banyak bertumpu pada clarity. Sebagai komunikator,
seorang pembicara handal dituntut mampu mengkomunikasikan pesan atau formasi
kepada audience. Vokal sebagai media pengungkapan ekspresi merupakan media
penyampaian informasi melalui pengucapan. Sampai atau tidaknya penyampaian
pesan dari seorang pembicara, banyak ditentukan oleh keterampilan penguasaan
teknik vokalnya. Keterampilan tersebut sangat dipengaruhi tingkat kejelasan
penyampaian materi atau pesan. Sympathy.
b. Pesan yang
Efektif Pesan yang efektif memiliki ciri-ciri, antara lain:
1. Penggunaan
istilah yang diartikan “sama”, antara pengirim dan penerima pesan merupakan
aturan dasar untuk mencapai komunikasi yang efektif. Kata- kata yang samar
artinya ( mempunyai lebih dari satu makna) dapat menimbulkan kebingungan dan
salah pengertian.
2. Pesan yang
dipertukarkan harus spesifik. Maksudnya, pesan yang disampaikan harus jelas
sehingga si penerima pesan dapat menerima dan mengulangi dengan benar.
3. Pesan harus
berkembang secara logis dan tidak boleh terpotong-potong. Objektif, akurat dan aktual.
Pengirim informasi harus berusaha menyampaikan pesan seobjektif mungkin. Pesan disampaikan seringkas dan
seoriginal mungkin serta harus berusaha untuk menghilangkan kata yang tidak
relavan.
c. Media yang
Efektif Karakteristik media penyampaian terdiri dari;
1. Kebutuhan
luasnya jangkauan dan kecepatan penetrasi. Apabila pesan yang akan disampaikan
menargetkan khalayak yang lebih luas, maka TV dan radio dengan jangkauan dan
kecepatan penetrasi tinggi menjadi pilihannya.
2. Kebutuhan
pemeliharaan memori. Apabila pesan yang ingin disampaikan tingkat kebutuhan
yang tinggi untuk diingat, maka media seperti spanduk, poster, baliho,
billboard dapat menjadi pilihan karena akan menampilkan pesan yang sama dalam
waktu yang relatif lama.
3. Kebutuhan jangkauan
khalayak yang selektif. Pesan yang ditujukan untuk target tertentu maka koran
atau surat kabar tertentu dapat menjadi pilihan, misalnya koran otomotif atau
koran lowongan kerja.
4. Kebutuhan
jangkauan khalayak lokal. Apabila pesan yang ingin disampaikan bersifat lokal,
maka media lokal dapat menjadi salah satu pilihannya.
5. Kebutuhan
frekuensi tinggi. Apabila pesan yang ingin disampaikan membutuhkan media dengan
frekuensi tinggi maka radio ataupun media luar ruang dapat menjadi salah satu
pilihannya.
Alan R. Dennis dan Joseph S. Valacich
menyatakan dalam teorinya terkait media sinkronisitas (media synchronicity), bahwa efektivitas suatu
media ditentukan berdasarkan sejauhmana suatu media dapat mendukung proses
sinkronisitas di antara beberapa individu untuk bekerjasama dalam kegiatan yang
sama, dan pada waktu yang sama untuk mencapai kesamaan tujuan. Kapasitas media sendiri dapat
diamati dari beberapa dimensinya yang akan mempengaruhi proses komunikasi
tersebut, antara lain; seberapa cepat suatu media mendukung proses komunikasi
dua arah (immediacy of feedback),
banyaknya cara penyampaian beragam informasi (symbol variety), banyaknya pesan dari beberapa sumber yang dapat
diakomodir secara simultan (parallelism),
kemampuan yang memungkinkan pengirim menyunting pesan sebelum dikirimkan (rehearsability), dan sejauh apa sebuah
pesan dapat dikaji ulang atau diolah kembali dalam konteks komunikasi yang
terjadi (reprocessability). Dengan
menganalisa dimensi-dimensi tersebut, efektivitas suatu media akan ditentukan berdasarkan
dimensi mana yang dianggap paling penting dalam suatu konteks komunikasi. Dengan
berbagai kemajuan teknologi komunikasi sekarang ini, hampir semua media
komunikasi, baik yang tradisional maupun digital dapat digunakan secara
bergantian oleh kaum profesional dengan mempertimbangkan tingkat kepentingan
masing-masing.
6. Penerima
Pesan/Audien Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila sang penerima pesan
memahami dan melakukan apa yang terdapat pada isi pesan. Ukuran keberhasilan
dalam penyampaian informasi adalah apakah komunikan itu sendiri memahami pesan
yang disampaikan. Pada
saat ini, konsep audien merujuk pada sekumpulan orang yang terbentuk sebagai
akibat atau hasil dari kegiatan komunikasi yang dilakukan dan jumlahnya besar
(atau mungkin tidak terbatas), ada yang tidak saling mengenal satu sama lain
dan dengan karakteristik yang heterogen. Dalam hal ini, tingkat pemahaman
seseorang bisa berbeda-beda tergantung beberapa faktor, contohnya latar
belakang pendidikan, usia ataupun status sosial.
7. Efek
Pertanyaan mengenai efek komunikasi ini dapat mempersoalkan 2 hal, yaitu apa
yang ingin dicapai dengan hasil komunikasi tersebut dan apa yang dilakukan
orang sebagai hasil dari komunikasi. Akan tetapi perlu diingat, bahwa
kadang-kadang tingkah laku seseorang tidak hanya disebabkan oleh faktor hasil
komunikasi tetapi juga dipengaruhi faktor lain.
B.
Bentuk-Bentuk
Komunikasi dalam Pendidikan
Menurut pendapat Gurnitowati dan Maliki
(2003) yang dikutip oleh Warsita,7 terdapat dua bentuk komunikasi, yaitu;
a. Komunikasi
lisan/komunikasi verbal. Dalam komunikasi lisan, informasi disampaikan secara
lisan atau verbal melalui apa yang diucapkan dari mulut atau dikatakan, dan
bagaimana mengatakannya. Informasi yang disampaikan secara lisan, melalui
ucapan kata-kata atau kalimat disebut dengan berbicara yang dapat digunakan
untuk mengungkapkan perasaan dan gagasan.
b. Komunikasi
nonlisan/komunikasi nonverbal. Komunikasi ini menggunakan isyarat (gestures),
gerak-gerik (movement), sesuatu barang, cara berpakaian, atau sesuatu yang
dapat menunjukkan perasaan (expression) pada saat terpenting misalnya sakit,
gembira, atau stres. Komunikasi ini mempunyai beberapa fungsi yaitu:
a) pengulangan
pesan yang disampaikan (repetition);
b) pertentangan
penyangkalan dari
suatu pesan (contradiction);
c) pengganti
dari pesan (substitution);
d) melengkapi
pesan verbal (complementing);
e) penekanan
atau menggaris-bawahi pesan (accenting).
C. Model-Model Komunikasi
Model adalah gambaran atau persamaan
aspek-aspek tertentu dari peristiwa, struktur –struktur atau sistem kompleks
yang dibuat dengan menggunakan simbol–simbol atau objek, dengan berbagai cara
sehingga menyerupai sesuatu yang dibuat model tersebut. Model komunikasi
berfungsi untuk mempermudah mempelajari dan menganalisis komunikasi. Berikut
adalah model-model komunikasi menurut para ahli beserta contoh.
1. Model
Komunikasi Osgood-Schramm Penjelasan: 1) Model komunikasi melingkar (circular);
2) Encoder - Siapa yang encoding atau mengirim pesan (sumber pesan); 3) Decoder
- siapa yang menerima pesan; 4) Interpreter - Orang yang mencoba untuk memahami
(analisis, melihat) atau menafsirkan. Terjadi antara dua orang. Setiap orang
bertindak baik sebagai pengirim dan penerima dan karenanya menggunakan
interpretasi. Hal ini bersamaan terjadinya dengan pengkodean, menafsirkan dan
decoding. Dari pesan mulai dan berakhir, ada interpretasi yang sedang
berlangsung.
Keuntungan dari model komunikasi Osgood
Schramm:
a. Pemodelan
dinamis menunjukkan bagaimana situasi bisa berubah Menunjukkan informasi yang berlebihan merupakan bagian
penting dalam komunikasi.
b. Tidak ada
pemisah antara pengirim dan penerima, pengirim dan penerima adalah orang yang
sama.
c. Komunikasi
diasumsikan melingkar.
d. Umpan
sebagai ciri utama. Kelemahan model komunikasi Osgood Schramm adalah model ini
tidak berbicara tentang kebisingan semantik.
2. Model
Komunikasi Johari Window Model Johari window digunakan untuk meningkatkan
persepsi individu pada orang lain. Model ini didasarkan pada dua pemikiran,
yaitu;
a. Kepercayaan
dapat diperoleh dengan mengungkapkan informasi diri kepada orang lain.
b. Mempelajari
diri sendiri dari masukan orang lain.
Setiap
orang diwakili oleh model ini melalui empat kuadran atau kaca jendela. Setiap
kaca jendela menandakan pribadi informasi, perasaan, motivasi dan apakah
informasi yang diketahui atau tidak diketahui diri sendiri atau orang lain
dalam empat sudut pandang.
1. Area
terbuka. Informasi tentang sikap, perilaku, emosi, perasaan, keterampilan dan
pandangan akan dikenal diri sendiri maupun oleh orang lain. Daerah di mana semua komunikasi
terjadi dan menjadi arena lebih besar, lebih efektif dan dinamis dalam menjalin
hubungan komunikasi.
2. Blind spot.
Informasi tentang diri diketahui orang lain dalam kelompok tetapi kita sendiri
tidak mengetahui. Orang lain mungkin menafsirkan sendiri berbeda dari yang anda
harapkan. Blind spot akan berkurang dalam komunikasi yang efisien manakala diri
mencari umpan balik dari orang lain
3. Hidden area.
Informasi yang diketahui diri sendiri tapi orang lain tidak mengetahui informasi
anda. Informasi pribadi yang enggan untuk diungkapkan; perasaan, pengalaman
masa lalu, ketakutan, rahasia, dll. Kita menyimpan beberapa perasaan dan
informasi rahasia karena akan mempengaruhi hubungan dan dengan demikian daerah
tersembunyi harus dikurangi dengan memindahkan informasi ke daerah terbuka.
4. Unknown Area. Informasi yang tidak diketahui diri
sendiri dan orang lain; informasi, perasaan, kemampuan, bakat, pengalaman masa
lalu traumatis atau peristiwa yang tidak dapat diketahui untuk seumur hidup.
Orang akan menyadari sampai ia menemukan kualitas tersembunyi dan kemampuan
atau melalui pengamatan orang lain. Komunikasi yang terbuka juga merupakan cara
yang efektif untuk mengurangi daerah yang tidak diketahui sehingga komunikasi
makin efektif.
3. Model Komunikasi
Spiral atau Uhelik Frank Dance (1967) menggambarkan proses komunikasi dengan
menggunakan spiral. Dance percaya bahwa pengalaman komunikasi bersifat
kumulatif dan dipengaruhi oleh masa lalu. Dance mencatat bahwa pengalaman saat
ini tak terelakkan mempengaruhi masa depan seseorang. Komunikasi, oleh karena
itu, dapat dianggap sebagai proses yang berubah dari waktu ke waktu dan di
antara makna. Seluruh proses membutuhkan beberapa waktu untuk mencapai puncak.
Seperti proses helix, proses komunikasi dimulai sangat lambat dan dan kecil.
Komunikator berbagi informasi hanya dengan sebagian kecil dari dalam sebuah
hubungan sosial, secara bertahap berkembang menjadi tingkat berikutnya tetapi
akan memakan waktu lama untuk mencapai dan memperluas batas-batasnya ke tingkat
berikutnya. Kemudian komunikator melakukan lebih banyak berbagi informasi diri.
4. Komunikasi
Efektif dalam Al Qur’an Komunikasi efektif dalam Al-Qur’an yang dimaksud dalam
tulisan ini adalah rumusan prinsip dalam melakukan interaksi atau hubungan
dengan orang lain yang telah disinyalir dalam Al-Qur’an. Istilah prinsip,
kaidah ataupun etika komunikasi dalam Al-Qur’an mencakup cara komunikasi yang
efektif yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadith. Pesan-pesan yang disampaikan
meliputi seluruh ajaran Islam; akidah (iman), syariah (Islam) dan akhlak
(ihsan). Bila mengkaji isi Al-Qur’an yang berhubungan dengan komunikasi, akan
ditemukan ada sekian banyak term atau kata yang berhubungan dengan komunikasi.
Berikut ini al-Quran memberikan enam
prinsip atau model dalam berkomunikasi efektif dengan orang lain, yaitu:
1. Qaulan
Sadīda Qaulan Sadīda berarti pembicaran, ucapan, atau perkataan yang benar dan
tegas, baik dari segi substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata
bahasa). Dari segi substansi, komunikasi harus menginformasikan atau
menyampaikan kebenaran, faktual, hal yang benar saja, jujur, tidak berbohong,
juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta. Seperti firman Allah: “Dan hendaklah takut kepada Allah
orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”. (QS. An-Nisa: 9) Perkataan Qaulan Sadīda diungkapkan
al-Quran dalam konteks pembicaraan mengenai wasiat. Menurut beberapa ahli
tafsir seperti Hamka, Al-Ṭabari, Al-Baghawi, Al-Maraghi dan Al-Buruswi, bahwa
Qaulan Sadīda dari segi konteks ayat mengandung makna kekhawatiran dan
kecemasan seorang pemberi wasiat terhadap anak-anaknya yang digambarkan dalam
bentuk ucapan-ucapan yang lemah lembut (halus), jelas, jujur, tepat, baik dan
adil.
2. Qaulan
Ma’rūfa Kata Qaulan Ma’rūfa disebutkan Allah dalam QS. An-Nisa’; 5 dan 8, QS.
Al-Baqarah; 235 dan 263, serta Al-Ahzab; 32. “Dan janganlah kamu serahkan
kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam
kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka
belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka
kata-kata yang baik”. (QS. An-Nisa’; 5) Secara bahasa arti ma’rūfa adalah baik dan diterima oleh nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat. Ucapan yang baik adalah ucapan yang diterima sebagai sesuatu yang
baik dalam pandangan masyarakat lingkungan penutur. Dengan kata lain, menurut
beberapa ahli, baik ahli tafsir seperti Hamka dan Al-Buruswi maupun pendapat
ahli lainnya, bahwa qaulan ma’rūfa mengandung arti perkataan yang baik, yaitu
perkataan yang sopan, halus, indah, benar, penuh penghargaan, dan menyenangkan,
serta sesuai dengan kaidah, hukum dan logika. Qaulan Ma’rūfa juga bermakna
pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat).
3. Qaulan
Balīgha ْ“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah
mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari
mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka perkataan
yang berbekas pada jiwa mereka”. (QS. Annisaa: 63) Qaulan Balīgha diartikan
sebagai pembicaraan yang fasih atau tepat, jelas maknanya, terang, serta tepat
mengungkapkan apa yang dikehendakinya, komunikatif atau juga dapat diartikan
sebagai ucapan yang benar dari segi kata. Apabila dilihat dari segi sasaran
atau ranah yang disentuhnya dapat diartikan sebagai ucapan yang efektif. Agar
komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah
disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang
dimengerti oleh mereka. Ketika berkomunikasi dengan orang awam tentu harus
dibedakan dengan saat berkomunikasi dengan kalangan cendekiawan. Berbicara di
depan anak TK tentu harus tidak sama dengan saat berbicara di depan mahasiswa.
Dalam konteks akademis, kita dituntut menggunakan bahasa akademis. Saat
berkomunikasi di media massa, gunakanlah bahasa jurnalistik sebagai bahasa
komunikasi massa (language of mass
communication). Seperti disebutkan dalam Al-Qur’an;”Tidak kami utus seorang
rasul kecuali ia harus menjelaskan dengan bahasa kaumnya” (QS. Ibrahim; 4).
4. Qaulan
Maysūra “Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari
Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas”.
(QS. Al-Isra: 28). Dalam terjemahan Kemetrian Agama, ditafsirkan; “apabila kamu
tidak dapat melaksanakan perintah Allah seperti yang tersebut dalam ayat 28,
maka katakanlah kepada mereka perkataan yang baik agar mereka tidak kecewa lantaran
mereka belum mendapat bantuan dari kamu. dalam pada itu kamu berusaha untuk
mendapat rezki (rahmat) dari Tuhanmu, sehingga kamu dapat memberikan kepada
mereka hak-hak mereka. Menurut bahasa, qaulan maysūra artinya perkataan yang
mudah. Adapun para ahli tafsir seperti Al-Ṭabari dan Hamka mengartikan bahwa
qaulan maysūra sebagai ucapan yang membuat orang lain merasa mudah, bernada
lunak, indah, menyenangkan, halus, lemah lembut dan bagus, serta memberikan
rasa optimis bagi orang yang diajak bicara. Mudah artinya bahasanya komunikatif
sehingga dapat dimengerti dan berisi kata-kata yang mendorong orang lain untuk
tetap mempunyai harapan. Ucapan yang lunak adalah ucapan yang menggunakan
ungkapan dan diucapkan dengan pantas atau layak.
5. Qaulan
Layyina “Maka sampaikanlah baginya dengan perkataan yang lemah lembut, agar
mereka senantiasa mengingat Allah atau agar mereka takut kepadaNya”. (QS Thaha
ayat 44). Qaulan Layyina dari segi bahasa berarti perkataan yang lemah lembut.
Secara lebih jelas bahwa qaulan layyina adalah ucapan baik yang dilakukan
dengan lemah lembut sehingga dapat menyentuh hati yang diajak bicara. Ucapan
yang lemah lembut dimulai dari dorongan dan suasana hati orang yang berbicara.
Apabila berbicara dengan hati yang tulus dan memandang orang yang diajak bicara
sebagai saudara yang dicintai, maka akan lahir ucapan yang bernada lemah
lembut. Dengan kelemah-lembutan itu maka akan terjadi sebuah komunikasi yang
akan berdampak pada terserapnya isi ucapan oleh orang yang diajak bicara
sehingga akan terjadi tak hanya sampainya informasi tetapi jua akan berubahnya
pandangan, sikap dan perilaku orang yang diajak bicara.
6. Qaulan
Karīma Dari segi bahasa qaulan karīma berarti perkatan mulia. Perkataan yang
mulia adalah perkataan yang memberi penghargaan dan penghormatan kepada orang
yang diajak bicara. “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaikbaiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia”. (QS. Al-Isra: 23). Dalam hal ini bisa juga
diartikan mengucapkan kata “ah” kepada orang tua tidak dibolehkan oleh agama
apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar
daripada itu.
Dari sekian pengertian dan penjelasan
makna qaulan di atas, maka konstruksi prinsip-prinsip komunikasi efektif dalam
Al-Qur’an seperti diuraikan sebelumnya mengandung ucapan (komunikasi) yang
memiliki nilai; 1) kebenaran, 2) kejujuran, 3) keadilan, 4) kebaikan, 5) lurus,
6) halus, 7) sopan, 8) pantas, 9) penghargaan, 10) khidmat, 11) optimis, 12)
indah, 13) menyenangkan, 14) logis, 15) fasih, 16) terang, 17) tepat, 18)
menyentuh hati, 19) selaras, 20) mengesankan, 21) tenang, 22) efektif, 23)
lunak, 24) dermawan, 25) lemah lembut, 26) rendah hati.
D. Hubungan Komunikasi dan Pendidikan
Karakter
Komunikasi berlaku dalam kehidupan
sehari-hari yang mencakup segala bidang, salah satunya adalah pendidikan.
Pendidikan tidak bisa berjalan tanpa dukungan komunikasi, bahkan pendidikan
hanya bisa berjalan melalui komunikasi. Dengan kata lain, tidak ada perilaku
pendidikan yang tidak dilahirkan oleh komunikasi. Semuanya membutuhkan
komunikasi yang sesuai dengan bidangnya.
Secara garis besar
bahwa fungsi umum komunikasi ialah informatif, edukatif, persuasi dan rekreatif (entertainment).
Maksudnya, komunikasi berfungsi memberi keterangan, memberi fakta yang berguna
bagi segala aspek kehidupan manusia. Di samping itu, komunikasi juga berfungsi
mendidik masyarakat dalam menuju pencapaian kedewasaan bermandiri.
Di sinilah komunikasi memiliki
keterkaitan yang signifikan dengan pendidikan, khususnya dalam pendidikan
karakter. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam mewujudkan usaha pendidikan, maka
diperlukan komunikasi pendidikan. Di sekolah berlangsung hubungan komunikasi,
interaksi pendidikan antara peserta didik dan pendidik untuk mewujudkan tujuan
pendidikan. Pendidikan pada hakekatnya memiliki dua tujuan, yaitu membantu
manusia untuk menjadi cerdas dan pintar (smart)
dan membantu mereka menjadi manusia yang baik (good).
Dengan demikian, komunikasi direncanakan
secara sadar untuk tujuan-tujuan pendidikan, tujuan mengubah perilaku pada
pihak sasaran, karena itu ia memerlukan waktu. Dalam menjalani waktu itulah
terjadi proses komunikasi, proses saling berbagi informasi antara dua pihak. Dalam
pendidikan Islam, tujuan pendidikan adalah membentuk akhlak yang mulia. Tujuan
tersebut identik dengan nilai-nilai yang mendasari misi Rasulullah SAW, yaitu
menyempurnakan akhlak yang mulia. Inilah yang saat ini dikenal dengan istilah
pendidikan karakter.
Pendidikan karakter merupakan suatu
proses yang membantu menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, membentuk
kepribadian seseorang yang merupakan karakter atau ciri khas dari orang
tersebut. Proses tersebut dilakukan secara sadar dan sistematis, sehingga terbentuk
kepribadian yang digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,
bersikap dan bertindak. Komunikasi sangat berperan dalam perkembangan atau
bahkan perubahan pola tingkah laku dari seseorang. Berbicara tentang
pendidikan, khususnya pendidikan karakter maka banyak unsur yang terkait, di
antaranya yang sangat mengikat adalah pendidik, peserta didik, kurikulum/isi/
materi, media, metode dan lingkungan. Setiap unsur memiliki kriteria
tersendiri, namun semua kriteria tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas
komunikasi yang disampaikan baik lisan maupun non lisan.
1. Pendidik
adalah sosok yang menjadi poros utama dalam pendidikan, sehingga banyak dari
pakar pendidikan yang memberikan kriteria bagi seorang pendidik. Menurut Nashi
Ulwan, ada 5 kriteria yang harus dimiliki bagi pendidik (takwa, ikhlas,
berilmu, santun & lemah lembut, tanggung jawab). Menurut Abdul Rahman
Al-Nahlawi, ada 10 kriteria bagi pendidik. Jelasnya, pendidik harus dapat
menjadikan dirinya sebagai sosok teladan para peserta didiknya. Kriteria
pendidik tersebut memberikan sinyalemen bahwa pendidik harus menjadi
komunikator yang handal. Penguasaan dan penyampaian materi yang bermuatan
nilai, serta penciptaan suasana yang kondusif religius harus dapat dilakukan
oleh pendidik dalam proses pendidikan. Pengetahuan terhadap psikologi peserta
didik juga menjadi syarat pendidik agar proses bimbingan lebih efektif dan
efisien. hematnya, pendidik harus menjadi komunikator yang efektif agar proses
bimbingan, motivasi dan pembentukan karakter dengan memberikan pengetahuan,
internalisasi nilai moral kepada peserta didik dapat terjalin baik.
2. Peserta
didik menjadi tujuan dan sasaran utama pendidikan karakter. Pemahaman peserta
didik terhadap ilmu pengetahuan, penghayatan nilai-nilai, serta perkembangan
mental dari peserta didik adalah ukuran keberhasilan seorang pendidik dalam
membangun komunikasi pendidikan karakter, baik melalui komunikasi verbal maupun
non verbal, langsung maupun tidak langsung. Menurut pendidikan Islam,
pembentukan kepribadian memerlukan proses terus menerus sepanjang hayat, mulai
masa dalam kandungan hingga akhir hayat. Namun, dalam pelaksanaan pendidikan
formal, proses pendidikan didasarkan pada jenjang usia dan perkembangan mental
peserta didik. Dengan demikian, maka bentuk komunikasi masing-masing jenjang mulai
dari kandungan, memasuki jenjang pendidikan formal hingga akhir hayat harus
sesuai dan dilakukan secara berkesinambungan dan terus menerus, karena
pendidikan karakter membutuhkan proses yang lama dan disitulah komunikasi juga
berperan aktif bagi peserta didik.
3. Materi.
Materi pendidikan karakter lebih difokuskan pada penanaman nilai-nilai akhlak
pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dan diinternalisasikan selama
proses perkembangan mental peserta didik. Penanaman nilai pada pada
masing-masing ranah membutuhkan komunikasi yang tepat agar secara konseptual
materi dapat disampaikan dan dipahami oleh peserta didik. Demikian juga
nilai-nilai dalam materi dapat diterima dan menjadi sebuah prinsip bagi peserta
didik sehingga mudah untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Media. Media
merupakan bentuk riil dari sebuah komunikasi. Dalam pendidikan karakter, media
yang paling komunikatif dan efektif adalah keteladanan. Keteladanan
memfungsikan seluruh anggota tubuh untuk mengkomunikasikannya sesuai dengan isi
materi yang diberikan baik secara teori/konseptual maupun praktek.
5. Lingkungan.
Lingkungan memiliki komponen yang sangat kompleks dalam pendidikan karakter.
Lingkungan menjadi sumber ilmu, metode, komunikator, dan masih banyak lagi
unsur yang lain, yang semuanya beraneka ragam bentuk. Hal ini menyebabkan
lingkungan menjadi faktor yang sangat berpengaruh cepat bagi pendidikan
karakter peserta didik, karena komunikasi yang terjalin sangat kuat sehingga
mudah untuk diterima.
Di dalam pelaksanaan pendidikan formal
(pendidikan melalui sekolah), tampak jelas adanya peran komunikasi yang sangat
menonjol. Proses belajar mengajarnya sebagian besar terjadi karena proses
komunikasi, baik yang berlangsung secara intra-persona maupun secara
antar-persona. Intra-persona, yaitu komunikasi yang terjadi di dalam individu
itu sendiri, tampak pada kejadian berpikir, mempersepsi, mengingat dan
mengindra. Hal demikian dijalani oleh setiap anggota sekolah bahkan oleh semua
orang. Sedangkan, antar-persona,
ialah bentuk komunikasi yang berproses dari adanya ide atau gagasan informasi
seseorang kepada orang lain. Dosen yang memberi kuliah, berdialog, bersambung
rasa, berdebat, berdiskusi, dan sebagainya adalah sebagian besar dari
contoh-contohnya. Tanpa keterlibatan komunikasi tentu segalanya tidak bisa
berjalan. Komunikasi di sini adalah terutama yang terjadi pada kegiatan
mengajar dan belajar, pada kegiatan tatap muka maupun pada kegiatan lainnya.
Hal itu hanya dimungkinkan melalui kemampuan berkomunikasi untuk mentransfer
makna di antara individu. Aktifitas kelompok mustahil ada tanpa ada sarana
bertukar pengalaman dan sikap. Komunikasi melibatkan semua simbol batin, sarana
penyampaian simbol dan untuk menjaga simbol-simbol itu. Untuk mencapai,
memahami, dan
mempengaruhi orang lain, seseorang harus berkomunikasi. Pentingnya komunikasi
digaris bawahi oleh kenyataan bahwa; “tindakan seseorang didasari oleh apa yang
diketahui atau apa yang dianggapnya diketahui”.
Dari
penjelasan singkat di atas, memberikan pemahaman bahwa antara komunikasi dan
pendidikan karakter menjadi satu sistem yang mengikat kuat satu sama lain dan
memiliki dampak yang saling bertautan.
E. Penggunaan Komunikasi yang Efektif dalam
Pendidikan Karakter
Dalam pendidikan khususnya pembelajaran,
tidak terlepas dari komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Untuk
menciptakan proses komunikasi yang efektif, pendidik harus memahami konsep
dasar komunikasi pendidikan, antara lain mengenai proses komunikasi pendidikan,
teknik berkomunikasi secara efektif, bentuk komunikasi, prinsip komunikasi,
komunikasi lisan dan tertulis, metode yang tepat dalam komunikasi pendidikan,
strategi untuk meningkatkan efektivitas komunikasi dalam pendidikan, serta
hambatan yang seringkali muncul dalam komunikasi pendidikan yang berasal dari
peserta didik maupun pendidik itu sendiri. Komunikasi dikatakan efektif apabila
terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan
informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku
komunikasi tersebut.
Unsur dalam komunikasi harus terpenuhi
dalam pendidikan dan masing-masing memenuhi syarat dan prinsip yang berlaku,
agar keefektifan komunikasi terlaksana sehingga pendidikan karakter mencapai
tujuannya. Model komunikasi yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadisth dapat dijadikan sumber
termasuk dari hasil pemikiran para pakar komunikasi untuk mempercepat proses
pendidikan.
Secara operasional dapat dijelaskan
sebagai berikut: Pendidik
sebagai Komunikator Dalam pendidikan karakter, para pendidik harus
mempersiapkan diri secara keilmuan, mental dan spiritual terlebih dahulu.
Pendidikan ini bukan perkara mudah karena arah dari pendidikan karakter adalah
pembentukan sesuatu di dalam diri manusia yang selalu mengalami dinamika sehingga
membutuhkan proses lama dan intensif. Oleh karena itu, kriteria sebagai
pendidik yang komunikatif harus dapat dimiliki secara professional, di antara
kriteria tersebut antara lain;
1. kriteria
sebagai pendidik dan komunikator. Kedua kriteria tersebut pada dasarnya
memiliki ketentuan yang sama arah. Kriteria sebagai pendidik: a. Memiliki sifat
robbani (Ali Imron; 79)
2. Menyempurnakan
sifat robbani dengan keikhlasan
3. Sabar
4. Memiliki
kejujuran (Al-Shaf; 2)
5. Meningkatkan
wawasan pengetahuan (Ali Imran; 79)
6. Menguasai
variasi dan metode mengajar
7. Bersikap
tegas, mampu mengontrol diri (Fushshilat; 6)
8. Memahami dan
menguasai psikologis anak
9. Menguasai
fenomena kehidupan (Al-Fatihah; 7)
10. Bersifat
adil /objektif terhadap peserta didik.15
KESIMPULAN
Komunikasi menjadi
sistem dalam proses pendidikan karakter. Artinya, pendidikan karakter
dipengaruhi oleh kualitas komunikasi yang terjalin dengan
menggunakan Bahasa yang efektif.
Komunikasi yang efektif memiliki ketentuan, syarat, prinsip dan strategi yang
universal sehingga eksistensinya hingga saat ini cukup signifikan diaplikasikan
dalam pendidikan karakter. Berbagai bentuk model, bentuk komunikasi baik yang
bersumber dari Al-Qur’an dan Hadisth, maupun dari pemikiran pakar komunikasi,
semuanya terletak pada kualitas pendidik dalam menempatkan fungsi dan tanggung
jawabnya. Ada hubungan yang erat antara komunikasi yang efektif dengan pendidikan
karakter. Dalam
pendidikan khususnya pembelajaran, tidak terlepas dari komunikasi yang
digunakan untuk menyampaikan pesan. Untuk menciptakan proses komunikasi yang
efektif, pendidik harus memahami konsep dasar komunikasi pendidikan, antara
lain mengenai proses komunikasi pendidikan, teknik berkomunikasi secara
efektif, bentuk komunikasi, prinsip komunikasi, komunikasi lisan dan tertulis,
metode yang tepat dalam komunikasi pendidikan, strategi untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi dalam pendidikan, serta hambatan yang seringkali muncul
dalam komunikasi pendidikan yang berasal dari peserta didik maupun pendidik itu
sendiri. Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua
arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon
sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah
Hanafi. 1984. Memahami Komunikasi antar
Manusia. Surabaya: Usaha Nasional.
Abdul Majid.
2013. Strategi Pembelajaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Al-Nahlawi,
Abdurrahman. Teologi Pendidikan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.
al-Syaibany, Mohammad Oemar al-Toumy. Filsafat Pendidikan Islam. terj. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Denis, A. and
J. Valacich, “Rethinking Media Richness:
Towards A Theory of Media Synchronicity”. Proceedings of the 32nd Hawaii
International Conference on Systems Science, 1999.
Efendi, Onong
Uchyana. Dinamika Komunikasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Hafied Cangara.
2000. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Jakarta: Grafindo Persada.
Jalaludin
Rakhmat. 2008. Psikologi Komunikasi,
edisi revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Jalaluddin, Teologi Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2001
Malik, Dedy
Djamaludin. Komunikasi Persuasif.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.
Marsudi Wahyu
Kisworo. (2016). Revolusi Mengajar.
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan (Pakem). Jakarta: Asik
Generation.
Pawit, M.
Yusuf. Komunikasi Instruksional.
Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Syaiful Rohim.
2009. Teori Komunikasi Perspektif Ragam
Dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Warsita, Bambang. Teknologi Pembelajaran; Landasan & Aplikasinya. Jakarta: Rineka
Cipta, 2008.
Leave a Reply