UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT PEDESAAN

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT PEDESAAN

Oleh; Mohammad Rifki

PENDAHULUAN

Sejarah mencatat bahwa peradaban ummat manusia bisa maju dan berkembang dengan adanya sumber daya manusia yang mempunyai intelektualitas dan literat dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi, bukan hanya dengan mengandalkan sumber daya alam yang melimpah seperti yang ada di negara kita saat ini, Indonesia. Bangsa yang mampu berpikir kritis , kreatif , komunikatif serta dapat berkolaborasi dalam mengembangkan pengetahuan menunjukkan bahwa bangsa tersebut memiliki budaya literasi dan kecerdasan yang tinggi, sehingga dapat menangani persaingan global. Hal ini sesuai dengan tujuan dan cita-cita luhur segenap pendiri bangsa yang tertera dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar tahun 1945, yakni untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Salah satu pondasi utama dalam  menciptakan sumber daya manusia  yang unggul adalah menumbuhkan budaya literasi dan minat baca di tengah masyarakat. Budaya literasi memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan, karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan dihasilkan melalui aktivitas membaca dan menulis. Semua negara-negara maju tidak akan lepas dari budaya literasinya yang tinggi, budaya literasi yang  tidak hanya berlangsung di lingkungan pendidikan formal, informal ataupun nonformal saja, melainkan sudah menjadi tradisi atau budaya dalam masyarakatnya.

Kemampuan literasi peserta didik di lembaga pendidikan formal, informal dan nonformal tentunya sangat erat kaitannya dengan tuntutan keterampilan membaca dan menulis yang diharapkan dapat memberi manfaat terhadap masyarakat dalam memahami dan mengolah informasi secara analitis, kritis, dan reflektif. Kemampuan berpikir yang tinggi sangat diperlukan di era yang serba kekurangan saat ini, dengan persoalan budaya literasi yang masih rendah. Salah satu kunci kemanjuan  suatu bangsa adalah literasi, karena pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didapat dengan kemampuan membaca yang tinggi, bukan hanya dengan menulis, menyimak atau mendengarkan saja.

Kemajuan Literasi harus didukung oleh semua pihak, negara Indonesia adalah negara yang kaya akan keindahan dan sumber daya alamnya, akan tetapi tidak dengan sumber daya manusianya, mengutip dari Republika.co.id bahwa berdasarkan laporan PISA (Programme Internasional for Student Assesment) tahun 2019, skor membaca Indonesia ada di peringkat 72 dari 77 negara, skor matematika ada di peringkat 72 dari 78 negara, dan skor sains ada di peringkat 70 dari 78 negara. Skor PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study), Indonesia berada pada Level 41 dari 45 peserta PIRLS dengan skor 405.

Kondisi tentang literasi di Indonesia sangat memprihatinkan, literasi sangat dibutuhkan dalam berbagai kondisi sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh banyak orang. Berdasarkan data diatas bahwa keadaan literasi sangat rendah, hal ini tidak lepas dari dampak minat baca manusia yang sangat rendah, kurangnya kerja sama antar lembaga pegiat literasi dan belum terbentuknya sistem terintegrasi terutama di pedesaan.

Minat adalah sebuah kecendrungan. KBBI ofline menjelaskan bahwa minat adalah kecenedrungan hati, gairah dan keinginan yang tinggi terhadap sesatu, sedangkan minat baca menurut Darmono tahun 2001 adalah kecenderungan jiwa yang membuat dan mendorong seseorang bebrbuat sesuatu terhadap membaca (Darmono, 2001: 182). Devinisi itu sejalan dengan pendapatnya Siregar yang mengatakan bahwa minat baca adalah keinginan atau kecenderungan hati yang tingggi (gairah) untuk membaca (Siregar, 2004 ). Minat baca tumbuh dari masing-masing pribadi seseorang, sehingga untuk meningkatkan minat baca dibutuhkan kesadaran setiap individu, minat baca sangat penting ditanamkan dalam kehidupan pribadi dan masyarakat, terutama masyarakat pedesaan.

Masyarakat pedesaan adalah kelompok manusia atau prorangan yang secara bersama-sama tinggal di suatu tempat dan saling berhubungan. Masyarakat yang hidup dan menetap di desa, sebuah tempat yang masih asri dan hijau oleh pepohonan, masyarakat yang masih kurang paham tentang segala kemajuan dan perkembangan zaman, teknologi dan peradaban, masyarakat yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan dan akulturasi budaya. Minat baca masyarakat di sebuah pedesaan umumnya bisa dibilang rendah, karena ada banyak faktor yang melatar belakangi, antara lain adalah faktor internal dan faktor eksternal.

Sebagaimana penjelasan di atas, banyak permasalahan yang sedang melanda bangsa Indonesia ini terutama dalam bidang pendidikan, diantara berbagai persoalan tersebut yang menjadi fokus pembahasan dalam tulisan ini adalah masih rendahnya minat baca dan kebiasaan membaca bagi sebagian besar masyarakat pedesaan.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Observasi adalah metode yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari bermacam-macam proses biologis dan psikologis (Hadi dalam Sugiono 2011). Metode observasi dipandang sebagai metode yang tepat, mengingat dengan metode tersebut peneliti bisa mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi dan terjun langsung menyelidiki permasalahan yang sedang diteliti. Metode wawancara digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk mencari masalah, mengetahui lebih dalam hal-hal yang bisa didapat dari responden (Sugiono, 2011). Metode tersebut digunakan sebagai penguat agar supaya hasil dari penelitian bisa maksimal dan akurat sehingga bisa berguna bagi khalayak umum.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peradaban bangsa ditentukan oleh seberapa banyak pengarang dari bangsa itu menghasilkan karya untuk dikonsumsi masyarakatnya (Atmazaki 2006). Kegiatan membaca tentu berhubungan sanga erat dengan kegiatan menulis. Membaca merupakan salah satu modal untuk bisa menciptakan sebuah karangan atau tulisan. Sebuah kemustahilan apabila ada orang yang mengarang atau menulis dengan tanpa membaca. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat ditemukan hasil penelitian berupa faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca masyarakat pedesaan dan upaya yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan minat baca yang ada pada masyarakat pedesaan.

A.    Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat baca masyarakat pedesaan

Membaca sangat penting bagi kehidupan manusia, tetapi kenyataannya tidak sedikit orang yang belum menjadikan kegiatan membaca sebagai suatu budaya (kebiasaan) dan kebutuhan. Kejadian ini yang menjadikan rendahnya minat masyarakat terhadap membaca. Rendahnya minat membaca pada masyarakat dapat disebabkan oleh berbagai faktor.

Menurut Prastiyo (dalam Bakar, 2009: 45-48), “Ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi rendahnya minat membaca di taman bacaan masyarakat, yaitu faktor internal dan faktor eksternal”. Secara singkat dijelaskan sebagai berikut:

 

1.      Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor internal meliputi adanya rasa dan cenderung malas dalam membaca dan kesibukan dalam beraktivitas, sehingga tidak sempat untuk membaca.

Minat dan motivasi yang rendah bisa mengakibatkan seseorang malas untuk melakukan sesuatu.  Kecenderungan seseorang terhadap sesuatu juga bisa jadi datangnya rasa malas pada diri seseorang. apabila hal ini sudah menjadi kebiasaan dalam diri seseorang, maka rasa malas akan semakin kuat. Malas hampir menjadi masalah bagi sebagian banyak orang untuk membaca, bukan hanya untuk membaca akan tetapi untuk banyak hal lain.

Manusia yang merupakan makhluk sosial dan juga makhluk individu tidak akan lepas dari yang namanya aktivitas, mulai dari aktivitas untuk kesehatan, memenuhi kebutuhan dan mengistirahatkan badan. Kebanyakan masyarakat memiliki banyak aktivitas dalam keseharianya, baik aktivitas yang menggerakkan seluruh tubuh atau tidak. Aktivitas yang padat adalah salah satu faktor penyebab seseorang kurang minat membaca, karena ketika sudah lelah beraktivitas, kebanyakan orang akan lebih memilih untuk mengistirahatkan badaanya daripada membaca.

2.      Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor eksternal meliputi belum cukupnya sarana yang tersedia di taman bacaan, kurang baiknya pelayanan yang diberikan, status sosial, pengaruh lingkungan, dan kecenderungan masyarakat sekarang yang lebih bergantung terhadap media sosial dalam mencari informasi.

Sarana membaca, berbicara sarana membaca, di pedesaan yang letaknya agak jauh dari perkotaan seperti desa peneliti, sarana membaca seperti yan disediakan pemerintah hanyalah sebuah mimpi yang tidak tau kapan akan menjadi kenyataan. Tidak ada sarana khusus untuk membaca, jika masyarakat ada yang minat dan ingin membaca dan mendapatkan informasi mereka harus terlebih dahulu membeli bahan bacaan yang akan dibaca.

Pelayanan, pihak yang berwajib dan mempunyai tanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seharusnya bisa melakukan survei dan observasi lebih jauh serta melakukan evaluasi kinerja mereka. Pihak tersebut seharusnya tidak selalu meggunakan dana yang ada untuk merenovasi sarana dan prasarana yang ada di perkotaaan untuk digunakan untuk sesuatu yang lebih beguna . Pihak tersebut harusnya bisa melihat kebawah dan terjun untuk menyediakan sarana dan bahan bacaan untuk masyarakat yang ada di pedesaan. Masyarakat pedesaan juga penduduk negara yang sama-sama butuh perhatian, motivasi dan dukungan guna mencapai kecerdasan dan kemajuan. Tidak ada sarana dan pelayanan khusus yang didapatkan oleh masyarakat desa, sehingga memicu rendahnya minat baca mereka.

Status sosial, membaca bukan hanya untuk orang yang memiliki status sosial  tinggi, tetapi membaca untuk semua lapisan masyarakat yang mempunyai minat untuk mengubah kebiasaan buruk, yaitu tidak minat membaca. Status sosial yang rata-rata dimiliki oleh masyarakat pedesaan adalah sebagai buruh juga menjadi salah satu faktor rendahnya minat membaca. Masyarakat pedesaan yang kerjaanya sebagai pekerja kasar, pergi saat matahari terbit dan pulang saat terbenamnya matahari, waktu malam mereka gunakan untuk mengistirahatkan badan, hal itu yang membuat mereka tidak punya kesempatan untuk membaca.

Lingkungan pertama yang didapat dan paling utama dalam menumbuhkan minat baca seseorang adalah rumah. Orang tua yang paling berpengaruh atas perkembangan minat membaca anak.    Stimulus dan motivasi yang diberikan orang tua kepada anak agar mereka gemar membaca lebih baik apabila diberikan sejak dini daripada menyuruh anak membaca di usia sekolah. Lingkungan masyarakat pedesaan tentu jauh beda dengan di kota. Kebanyakan orang tua yang ada di pedesaan tidak tamat bersekolah, ada yang hanya lulusan SD, ada yang SMP, ada juga yang sampai SMA, bisa dikalkulasi orang tua yang lulusan sarjana, dengan keadaan seperti itu mereka sulit memberikan budaya membaca kepada anak. Orang tua masyarakat di pedesaan lebih cenderung bagaimana mendapatkan uang agar anak-anak mereka bisa mendapatkan pendidikan yang layak dan tuntas sampai jenjang yang setinggi-tingginya, tidak seperti mereka para orang tua.

Teknologi memperkenalkan kemajuannya dengan begitu antusias kepada bangsa ini dengan begitu banyak sarana yang disediakan, berupa televisi, internet,  telepon genggam dan sebagainya. Multimedia memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memperoleh berbagai macam informasi dengan cepat, sehingga memberikan dampak malas bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi melalui buku bacaan.

B.     Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan minat baca masyarakat pedesaan

Membaca adalah sebuah aktivitas keilmuan atau intelektual. Manusia dapat menyerap banyak pengetahuan dengan membaca, untuk memecahkan sebuah masalah dibutuhkan wawasan yang memadai dan ilmu pengetahuan yang mumpuni. Mengambi keputusan yang tepat, menentukan kebijakan dan menambah kearifan dalam menjalani kehidupan, hal tersebut bisa didapat dengan membaca. Kegiatan membaca bukan hanya dilakukan saat berada di sekolah atau selama menempuh masa pendidikan, melainkan harus diterapkan sebagai kebudayaan selama menjalani kehidupan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti di sebuah pondok pesantren yang cukup terkenal dan ternama di daerah tempat peneliti dan wawancara yang dilakukan kepada pengurus dan guru yang ada di pondok tersebut, ada beberapa poin penting yang disampaikan terkait upaya untuk menumbuhkan minat baca peserta didik yang ada disana. Upaya tersebut adalah sebagaimana berikut:

1.      Pelatihan Jurnalistik

jurnalistik adalah sebuah informasi yang disusun dengan baik dan rapi dalam bentuk tulisan, rekaman suara, ataupun video yang tujuaannya untuk disajikan kepada banyak orang dan diterbitkan pada surat kabar, majalah, media online, radio atau televisi (Thresia, Bursudi, Rahmana, 2020, 01). Jurnalistik secara singkat adalah kegiatan menulis dan membaca. Pengurus dan para guru sering mengadakan pelatiahan dan seminar atau webinar tentang jurnalistik yang tujuannya untuk meningkatkan minat baca peserta didik di pondok pesantren tersebut. Ketika minat baca peserta didik sudah lebih baik, diharapkan bisa membawa dampak yang positif kepada para masyarakat luar pesantren, mulai dari masyarakat tingkat anak-anak hingga dewasa dan orang tua.

2.      Lomba Karya Tulis

Upaya lain yang dilakukan oleh pihak pendidik di pondok pesantren tersebut adalah mengadakan lomba karya tulis, seperti artikel, opini, essai dan sebagainya. Harapan dan tujuan dari adanya lomba tersebut adalah para pendidik dituntut mecari dan membaca referensi sebanyak mungkin, dengan demikian peserta didik dengan sendirinya akan membaca sesuai dengan bacaan yang mereka butuhkan.

3.      Lomba Baca Karya Sastra

Setiap selesai melaksanakan ujian semester, pendidik mengadakan lomba baca karya sastra. Karya sastra yang dilombakan bermacam-macam, mulai dari membaca puisi, pantun dan lain-lain. Lomba ini harus diikuti oleh semua peserta didik dari tingkat pendidikan formal. Harapan dari adanya lomba tersebut adalah peserta didik bisa termotivasi dan giat membaca sehingga seiring berjalannya waktu kebiasaan membaca suda mendarah daging dalam diri mereka.

4.      Majalah dinding

Pondok pesantren tersebut dilengkapi dengan majalah dinding yang terpasang di banyak tempat, tulisan yang disedikan beragam, mulai dari atikel, essai, opini, cepen, kalam hikmah dan tentunya informasi terbaru. Para peserta bebas mengirim hasil karya mereka untuk dimuat di majalah dinding itu. Majalah dinding yang ada d pondok pesantren itu dikelola oleh peserta didik yang rata-rata sudah menempuh bangku sekolah di jenjang SMA. Harapan dan tujuan adanya majalah dinding itu adalah peserta didik bisa mendapatkan bahan untuk dibaca dengan tanpa harus mendatangi perpustakaan atau membuka buku, serta mereka bebas membaca dimanapun dan kapanpun.

5.      Motivasi

Upaya yang paling sering dilakukan oleh para pengurus dan guru di pondok itu adalah memberikan motivasi kepada para peserta didik terkait pentingnya literasi terutama membaca dan menulis. Menurut mereka hal ini sangat penting dilakukan dalam rangka mengingatkan dan terus memberikan semangat kepada para peserta didik agar tetap konsisten dalam menggalakkan kegiatan literasi dan menanamkan budaya membaca mulai sejak dini.

Kesimpulan

Pembinaan literasi minat baca masyarakat perlu dilakukakan oleh suatu bangsa dengan tujuan agar terwujud bangsa yang mempunyai budaya literasi, utamanya mempunyai minat baca yang tinggi. Upaya peningkatan minat baca dapat dimulai dari keluarga. Keluarga yang memliki perpustakaan sendiri pasti memiliki minat baca yang tidak biasa, keluarga yang tidak memiliki perpustakaan sendiri bisa mencari alternatif lain, seperti mulai dari mengoleksi koran dan lainnya. Sekolah  merupakan tempat kedua dalam memperoleh pendidikan, sama seperti pendidikan, hendaknya membaca juga dijadikan sistem belajar sepanjang hayat, karena tanpa membaca, maka kegiatan belajar dan mengajar tidak dapat berjalan sempurna. Minat baca sesorang bisa tumbuh dengan sendirinya dan juga bisa dibiasakan agar tumbuh, akan tetapi peran orang tua juga sangat penting dalam menumbuhkan semangat anak. Lingkungan rumah, sekolah, guru, pustakawan yang membudayakan literasi menjadikan anak terangsang untuk membaca. Realita masyarakat Indonesia melakukan aktivitas membacanya dengan tujuan yang berbeda-beda, yaitu membaca untuk sekedar mencari hiburan, membaca untuk kepentingan sekolah dan membaca sesuai kebutuhan. Rendahnya minat baca yang ada di pedesaan memberikan dampak yang sangat signifikan bagi masyarakatnya, hal itu disebabkan oleh beberapa faktor yang melatar belakangi. Pemerintah adalah harapan utama masyarakat dalam mengembangkan budaya literasi, terutama menumbuhkan minat baca, mengingat masih minimnya sarana yang bisa menumbuhkan minat baca dan budaya literasi.


Daftar Pustaka

 

Atmazaki. 2006. Kiat-kiat Mengarang dan Menyunting. Padang: Yayasan Citra Budaya Indonesia.

Bakar, A, R. 2014. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Minat Baca Masyarakat di Taman Baca Masyarakat.Skripsi. Bengkulu. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu.

Darmono. 2001. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Jakarta.

Fikrianto, Misbah. 2021. Literasi Indonesia Ketinggalan Kereta. Republika.co.id (Online), (https://www.republika.co.id, diakses 31 Desember 2021).

Siregar, A. Ridwan, 2004. Perpustakaan Energi Pembangunan Bangsa. Medan : USU Press.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. In BANDUNG : ALFABETA. alfabetabdg@yahoo.co.id

Thresia, Fenny., Bungsudi., Rasmana, Barnas. 2020. Jurnalistik Dasar untuk Pemula. Sleman: Pen Fighters.

IKASTI TRACER STUDY