PENDIDIKAN ISLAM SPIRITUAL DI PULAU BAWEAN

PENDIDIKAN ISLAM SPIRITUAL DI PULAU BAWEAN

Alfiyah Hasanah

Bawean merupakan salah satu pulau kecil yang berada di wilayah Gresik, terletak di Laut Jawa antara dua pulau yang besar yaitu pulau Borneo [Kalimantan] di utara dan Pulau Jawa di selatan.1 Walaupun Bawean dikategorikan pulau kecil, namun ia tidak termasuk dalam senarai [daftar] pulau terpencil di Indonesia, sebab kemudahan komunikasi dan informasi sudah bisa dinikmati seperti halnya tempattempat lain yang lebih maju. Dari segi pendidikan juga, masyarakat Bawean sudah bisa menikmati dari berbagai tingkat pendidikan sekolah dasar sampai perguruan tinggi, lebih lagi pendidikan Islam sudah ada sejak Islam ada di pulau tersebut, sekalipun bentuknya masih sangat tradisional pada awalnya namun sekarang sudah mengikuti pendidikan pada umumnya.

Pendidikan Islam pada awalnya hanya dimulai antara hubungan keluarga, perseorangan seorang guru dengan murid dan selanjutnya kepada masyarakat luas setelah terbentuknya masyarakat Islam dengan membangun tempattempat ibadah seperti langgar, masjid dan lain-lain. Dalam pendidikan Islam awal ini, subjek pendidikan Islam hanya terfokus pada membaca al-Qur’an dan amalan keseharian yang berarti pendidikan tingkat dasar. Perkembangan selanjutnya, pendidikan Islam dilaksanakan di tempat-tempat yang lebih modern seperti madrasah. Lembaga pendidikan madrasah ini merupakan lanjutan dari lembaga pendidikan sebelumnya yang masih tradisional. Perubahan ini terjadi disebabkan oleh beberapa keadaan yang melatarbelakangi perkembangan pendidikan di Indonesia. Pada awal abad ke-20 di Indonesia pada umumnya terjadi pembaharuan dalam pemikiran pendidikan Islam yang ditransfer dari para pelajar yang belajar di luar negeri seperti Mesir, Turki India dan lain-lain. Pemikiran dalam pembaharuan pendidikan Islam disebabkan oleh rasa tidak puas hati umat Islam dengan sistem pendidikan tradisional Islam, disamping itu karena adanya sistem pendidikan pemerintah kolonial Belanda yang mendirikan sekolah-sekolah modern. Oleh sebab itu, pulau Bawean tidak terkecualikan dalam pembaharuan pendidikan Islam. Perubahan ini dibawa oleh para pendidik terdahulu yang menuntut pengetahuan di luar pulau Bawean daratan Jawa dan Madura, bahkan sampai ke luar negara seperti Arab Saudi dan lainnya. Dilihat dari pengetahuan para pendidik terdahulu atau tempat asal mereka menimba pengetahuan yaitu di pesantren dan perguruan tinggi yang berasaskan Islam mereka lebih menguasai pengetahuan agama. Oleh karena itu, menurut Vredenbergt, orientasi pendidikan masyarakat Bawean lebih kepada pendidikan agama yaitu madrasah.

Pendidikan mempunyai arti yang sangat luas meliputi seluruh bidang kehidupan masyarakat. Ditinjau dari ilmu tata bahasa atau kaedah Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik yang mempunyai makna jaga atau pelihara atau ajar dengan hati-hati sejak mulai dari kecil. Dalam Bahasa Inggeris juga, pendidikan disebut education yang berasal dari dua kalimat dalam bahasa latin iaitu e’ex dan ducereduc. E’ex bermakna keluar dan ducereduc mempunyai makna memimpin yang dapat ditafsirkan sebagai “mengumpulkan pengetahuan ke dalam diri untuk membentuk bakar. Oleh kerana itu, bahasa telah berkembang selaras dengan perkembangan waktu, maka kata dalam Bahasa Latin ini mengalami perubahan menjadi educere yang bermakna mendidik atau melatih. Hal ini dipakai dalam Bahasa Inggeris menjadi sebutan education yang membawa arti mendidik, mengasuh atau membina diri dan watak seseorang. Atau lebih jelasnya education bermaksud memasukkan ilmu ke dalam akal manusia.

Pada umumnya pengertian pendidikan adalah suatu usaha terus menerus dan semua aktivitas manusia yang bisa membawa perubahan seseorang dan masyarakat menurut norma serta nilai sebuah masyarakat. Dengan kata lain, pendidikan bertujuan merubah sifat-sifat spiritual dan fisikal seseorang sejak lahir agar manusia itu berfungsi sebagaimana yang ada dalam kebudayaan masyarakat. Tiap-tiap masyarakat mempunyai kebudayaan masing-masing yang berbeda-beda di antara satu dengan yang lain. Kebudayaan ini merupakan bangunan hidup masyarakat yang meliputi cara pandang hidup, kepercayaan, akhlak, sikap, ilmu pengetahuan dan sebagainya dan untuk mengembangkan dan memelihara kebudayaan ini harus melalui proses pendidikan. Sementara menurut Plato yang dikutip dari kajian Schofield ialah pendidikan sebagai latihan kebiasaan yang sesuai untuk naluri mulia yang ada dalam diri anakanak mengenai kesenangan dan kesakitan ditanam di dalam jiwa yang bukan rasional. Latihan khas ini mengenai kesenangan dan kesakitan yang membawa kepada perasaan membenci dan mencintai apa yang sepatutnya dibenci dan dicintai, hal ini digelar “pendidikan”. Sungguh pun pengakuan Plato di atas ini bisa diterima bahawa pendidikan merupakan usaha-usaha untuk membentuk sikap dan watak anak-anak menjadi mulia sejak dari awal, sehingga sikap dan watak mulia atau buruk tumbuh dengan melalui latihan dalam pendidikan . Milton juga mengemukakan definisi pendidikan yang dikupas oleh shcofield iaitu pendidikan yang lengkap menjadikan seseorang bertindak secara adil dan bijaksana, mahir serta bertimbang rasa segala bidang pekerjaan dalam segala sektor, pada masa susah dan senang. Lain halnya juga dengan Home, pendidikan ialah suatu proses yang kekal abadi bagi manusia untuk menyesuaikan dengan alam kehidupan dan kedewasaan jasmani serta pemikiran seseorang. Begitu juga dengan John Dewey, ahli falsafah dan pendidikan Amerika, mendefinisikan pendidikan sebagai usaha manusia untuk membentuk kecenderungan dasar yang berupa kepercayaan, alam raya dan sesama umat manusia. Selain itu beliau mengartikan pendidikan sebagai suatu proses untuk berjaya dan menambah ilmu pengetahuan agar hidup lebih bertanggung jawab.

Dari kacamata Islam, pendidikan adalah satu proses latihan akliah, jasmaniah, rohaniah, ijtimaiah, dan akhlakiah manusia berdasarkan nilai-nilai Islam yang bersumberkan dari al-Quran-Sunnah untuk melahirkan manusia yang sempurna dan bertakwa. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berteraskan wahyu Allah swt. Pendidikan ini telah diasaskan oleh Rasulullah saw pada tahun 610 M di rumah alArqam bin Abi al-Arqam di as-Saffa, Mekkah. Ia disampaikan oleh rasul yang merangkumi akidah, syariah dan akhlak. Pendidikan Islam yang berteraskan tiga aspek berikut telah menonjolkan kesan yang positif dengan melahirkan generasi Islam yang sempurna dalam semua aspek baik itu dari aspek rohani dan jasmani. Dakwah nabi Muhamad saw selama 23 tahun di Mekkah dan Madinah yang berteraskan tiga aspek tersebut berjaya melahirkan masyarakat Islam yang berilmu, beriman dan bertakwa. Pendidikan Islam itu sebenarnya lahir dan berawal dari seseorang itu melangkahkan kakinya ke alam dunia. Setelah seseorang itu lahir saja ke alam ini, maka dengan sendirinya dia akan mengalami suasana pendidikan. Menurut pandangan Islam, kedua orang tua merupakan orang yang pertama sekali menjadi pendidik kepada anak yang dilahirkan tersebut. Pendidikan cara ini dikenali sebagai pendidikan tidak formal. Di atas punggung kedua orang tualah Allah swt memberikan tanggung jawab untuk mendidik dan membimbing bahkan memoles anak tersebut, baik itu menjadi seorang manusia muslim dan beriman atau sebaliknya. Lantaran itu, mendidik, mengajar, membimbing, membentuk serta melatih individu dalam berbagai aspek baik jasmani, rohani, akal, akhlak atau kesadaran sosial untuk melahirkan manusia yang sempurna, beriman, bertakwa, sehat, berilmu dan berkemampuan dalam mengemban amanat Tuhan yang merupakan suatu tugas yang penting. Tugas ini telah diamanahkan oleh Allah swt ke atas setiap hamba-Nya. Hal demikianlah yang merupakan konsep dari pendidikan rabbani yang bersumberkan bimbingan ilahi. Pendidikan Islam juga dapat melahirkan individu yang baik terhadap diri sendiri, keluarga dan masyarakat untuk mencapai kebahagiaan hakiki yang berpandukan wahyu Allah swt. Nabi Muhamad saw telah memperkenalkan konsep menuntut ilmu tanpa membedakan antara kaum laki-laki dan perempuan. Sementara pendidikan dilihat dari aspek kebudayaan, pendidikan merupakan sebuah warisan kerana melalui pendidikan suatu generasi akan menyampaikan kebudayaan kepada generasi berikutnya, dengan kata lain orang tua menanamkan cara berfikir, cara melakukan dan cara hidup kepada generasi yang lebih muda yang kurang faham dan kurang mengetahui tentang hal-hal tradisi atau kebudayaan tersebut. Oleh karena itu, tanpa pendidikan kebudayaan akan sirna dan terhapuskan dengan sendirinya.

Pendidikan Islam di pulau Bawean dimulai sejak Islam masuk ke pulau tersebut pada abad ke ² 16.33 Karena Islam mulai tersebar secara keseluruhan pada abad tersebut di pimpin oleh seorang raja yang Islam yaitu sayid Maulana Umar Mas’ud. Memang sebelum periode ini islam sudah dikenali tapi di tempat-tempat tertentu dan oleh kalangan masyarakat terbatas yang menjadi penyebar Islam dikala itu seperti Sunan Bonang dan Waliyah Zainab dan lain-lain. Dalam Islam, pendidikan merupakan perkara yang utama dan penting. Oleh karena itu, Islam memberikan perhatian yang sangat tinggi terhadap kepentingan pendidikan untuk masa depan umatnya. Begitu juga di Pulau Bawean, sejak Islam mulai berkembang di daerah tersebut, pendidikan menjadi hal yang utama dalam masyarakat. Pendidikan memberi sumbangan yang sangat besar dalam penyebaran Islam, juga mendatangkan kemajuan terhadap umat Islam. Pada tahap awal, pendidikan Islam di Bawean belum mengenal sistem pendidikan modern masih bersifat tradisional yang disampaikan kepada masyarakat untuk menyampaikan ajaran Islam dilaksanakan di tempat-tempat yang sangat sederhana dan juga dengan sistem pengajaran yang sangat sederhana. Secara umum, sejarah awal dan pembentukan pendidikan Islam di Pulau Bawean telah dimulai sejak Islam diperkenalkan.

Islam di Bawean disebarkan melalui dakwah dan pendidikan, namun pada peringkat awal ini institusi pendidikan Islam hanya berbentuk sebuah institusi tradisional dan hanya dijalankan oleh perseorangan di tempat-tempat seperti rumah, muhsllah, masjid dan lain-lain. Pendidikan Islam pada tahap ini bisa disebut dengan “lembaga pengajaran asli” institusi-institusi agama Islam yang tidak formal. Sistem pendidikan seperti ini menitikberatkan pada pendidikan pembelajaran Al-Quran, pelaksanaan sholat dan pelajaran tentang  kewajiban pokok agama lainnya. Sejalan dengan proses perkembangan penyebaran Islam di Bawean, pendidikan Islam mulai tumbuh, meskipun masih bersifat individual. Kemudian, dengan memanfaatkan lembaga-lembaga masjid, langgar dan rumah, mulailah secara bertahap berlangsung pengajian umum mengenai tulis baca Al-Quran dan wawasan keagamaan. Bentuk paling mendasar dari pendidikan ini umumnya disebut pengajian Al-Quran. Bawean, secara tradisional, pengajian Al-Quran tidak memiliki sebutan secara jelas. Oleh orang Bawean, tempat pendidikan Al-Quran disebut Ngaji Langgaran, yang mempunyai arti tempat murid-murid belajar membaca Al-Quran  tahap permulaan. Sedangkan murid-murid yang mengikuti pelajaran Al-Quran disebut ngaji Al-Quran. Menurut orang Bawean, kalau orang Bawean tidak bisa membaca Al-Quran merupakan aib bagi diri dan keluarganya, kemampuan membaca Al-Quran perlu latihan dan belajar secara terus menerus dengan bimbingan seorang guru. Kondisi ini memang didukung oleh ajaran Islam yang menganjurkan pemeluknya agar selalu menyampaikan ajaran agamanya kepada orang lain, termasuk mengajarkan Al-Quran. Oleh karena itu, lembaga Ngaji langgaran tersebar luas dan dijumpai dihampir setiap kampong dimana Islam setelah menjadi agama dominan.

Islamisasi di pulau Bawean salah satunya adalah melalui pendidikan yang dibawa oleh perseorangan seperti Sunan Bonang, waliyah Zainab dan lain-lain, namun pada masa itu Islam masih kurang mendapat sambutan dari masyarakat setempat. Islam tersebar meluas dan mendominasi pulau Bawean setelah pada masa Maulana Umar Masud. Masyarakat Islam terbentuk seiring dengan proses perjalanan pendidikan Islam di pulau tersebut. Pendidikan Islam pada mulanya dilaksanakan di tempat yang sangat sederhana seperti rumah, langgar, masjid dan lainnya. Bermulanya dari tempat tersebut berkembang menjadi sistem pendidikan modern yaitu madrasah. Perubahan ini terjadi karena adanya organisasi kemasyarakatan seperti NU dan Muhammadiyah, di samping itu para pelajar yang belajar di luar Bawean yaitu pulau Jawa dan Madura bahkan belajar sampai ke luar negeri. Pendidikan mempunyai arti penting bagi kehidupan masyarakat. Pendidikan diakui sebagai kekuatan yang dapat membantu masyarakat mencapai kemajuan peradaban. Jadi, kemajuan yang dihasilkan lembaga-lembaga pendidikan Islam yang ada sampai hari merupakan cikal bakal dari pendidikan Islam tradisional masa lalu. Pendidikan Islam selalu mengutamakan dan berdasarkan pada Al-Quran dan akhlak yang baik.

IKASTI TRACER STUDY